Sabtu, 21 Oktober 2017

Layanan pendidikan bagi Anak Tuna Rungu dan Tuna wicara


LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK  HAMBATAN PENDENGARAN DAN BICARA
A.    Pengertian Anak Tunarungu
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami hambatan dalam mendengar  yang di sebabkan karena tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan  alat pendengaran sehingga anak memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan bahasa serta potensi yang dimiliki anak seoptimal mungkin.
B.     Penyebab Ketunarunguan
1.      Masa Prenatal.
Pada masa prenatal pendengaran anak menjadi tuna rungu disebakan oleh:
a.       Faktor keturunan atau hereditas.
b.      Cacar air, campak (rubella, german measles).
c.       Toxamela (keracunan darah).
d.      Penggunaan obat pil dalam jumlah besar.
e.       Kekurangan Oksigen (anoxia).
2.      Masa  Natal
a.       Faktor rhesus ibu dan anak tidak sejenis.
b.      Anak lahir premature atau sebelum 9 bulan dalam kandungan.
3.      Post Natal
a.       infeksi misalnya campak (measles) infection atau anak terkena syphilis sejak lahir.
b.      Meningitis (peradangan selaput otak).
c.       Tuli perseptif yang bersifat keturunan.
d.      Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat-alat pendengaran bagian dalam.

C.    Klasifikasi Ketunarunguan
1.      Tunarungu ringan (mild hearing loss), yaitu kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB yang  memiliki ciri- ciri :
a.       Sukar mendengar percakapan yang lemah.
b.      Menuntut sedikit perhatian khusus dari sistem sekolah tentang     kesulitannya.
c.       Perlu latihan membaca ujaran dan perlu diperhatikan perkembangan        penguasaan perbendaharaan kata.
2.      Tunarungu sedang (moderate hearing loss), yaitu kehilangan kemampuan mendengar 30-40 dB yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Mengerti percakapan biasa pada jarak satu meter.
b.      Mereka sulit menangkap percakapan dengan pendengaran pada jarak normal dan  kadang-kadang mereka mendapat kesulitan dan menangkap percakapan kelompok.
c.       Mereka akan sedikit mengalami kelainan bicara dan perbendaharaan kata yang terbatas.
d.      Kebutuhan dalam program pendidikan antara lain belajar membaca, penggunaan alat bantu dengar, latihan bicara, latihan artikulasi dan perhatian dalam perkembangan perbendaharaan kata.
3.      Tunarungu agak berat (moderately severe hearing loss), yaitu kehilangan kemampuan mendengar 40-60 dB yang   memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Mereka mengerti percakapan keras pada jarak satu meter.
b.      Ucapan kata terbatas
4.      Tunarungu berat (severe hearing loss), yaitu kehilangan kemampuan mendengar 60-70 dB. Memiliki ciri-ciri :
Mereka masih biasa mendengar suara keras dari jarak yang dekat misalnya klakson mobil dan lolongan anjing. Mereka diajar dalam suatu kelas khusus untuk anak-anak tunarungu. Diperlukan latihan membaca ujaran dan pelajaran yang dapat mengembangkan bahasa dan bicara dari guru kelas khusus.
5.      Tunarungu berat sekali (profound hearing loss), yaitu kehilangan kemampuan mendengar 75 dB keatas. Memiliki ciri :
Mendengar suara yang keras pada jarak 1 inci (2,24 cm) atau sama sekali tidak mendengar walaupun menggunakan alat bantu dengar.

D.    Karakteristik Anak Tunarungu
1.      Fisik
a.       Cara berjalan kaku dan agak membungkuk hal ini terjadi pada anak tunarungu yang mempunyai kelainan atau kerusakan pada alat keseimbangannya.
b.      Gerakan mata cepat yang menunujukan bahwa ia ingin menguasai lingkungan sekitarnya.
c.       Pernapasan yang pendek dan agak terganggu. Kelainan pernapasan terjadi karena tidak terlatih terutama pada masa meraban yanmg merupakan masa perkembangan bahasa.
2.      Bahasa dan Bicara
a.      Fase motorik yang tidak teratur.
Pada fase ini anak melakukan gerakan-gerakan yang tidak teratur, misalnya :
1)      Gerakan tangan.
2)      Menangis. Menangis permulaan adalah gerak refleks dari bayi yang baru lahir. Menangis sangat penting bagi perkembangan selanjutnya karena dengan menangis secara tidak sengaja sudah melatih otot-otot bicara, pita suara dan paru-paru.
b.      Fase meraban (babbling)
1)      Mimik perangai ibu
Pada awal fase meraban (babling) tidak terjadi hambatan karena fase meraban ini merupakan kegiatan alamiah dari pernapasan dan pita suara.
2)      Bayi babling 
Mula-mula bayi babling, kemudian ibu meniru. Tiruan itu terdengar oleh bayi dan ditirukan kembali. Peristiwa inilah yang mkenjadi proses terpenting dalam pembinaan bicara anak. Bagi anak tunarungu tidak terjadi pengulangan bunyinya sendiri, karena anak tunarungu tidak mendengar tiruan ibunya. Dengan demikian perkembangan bicara selanjutnya menjadi terhambat.
c.       Fase penyesuaian diri. 
Suara-suara yang diujarkan orang tua dan ditiru oleh bayi kemudian ditirukan kembali oleh orang tuanya secara terus menerus. Pada anak tunarungu hal tersebut terbatas pada peniruan penglihatan (visual) yaitu gerakan-gerakan atau isyarat-isyarat, sedangkan peniruan pendengaran (auditif) tidak terjadi karena anak tunarungu tidak dapat mendengar suara.
3.      Kepribadian, emosi dan sosial.
1)      Sifat egosentris yang lebih besar daripada aanak normal, dunia penghayatan mereka lebih sempit maka akan lebih terarah pada dirinya sendiri. Sifat egosentis ini berarti Sukar menempatkan diri pada cara berpikir dan pada perasaan orang  lain.
2)      Dalam perilakunya sering di kuasai oleh perasaan dan pikiran sendiri   mereka sulit menyusuaikan diri.
3)      Mempunyai perasaan takut akan hidup.
4)      Sikap ketergantungan kepada orang lain.
5)      Lekas marah dan cepat tersinggung.

E.     Layanan Bimbingan Bagi Anak Tuna Rungu
1.      Layanan Umum
Layanan umum merupakan layanan pendidikan yang biasa diberikan kepada anak mendengar atau normal yang meliputi layanan akademik, latihan dan bimbingan. Layanan akademik bagi anak tunarungu pada dasarnya sama dengan layanan akademik bagi anak mendengar, yaitu mencakup mata-mata pelajaran yang biasa diberikan di SD biasa, tetapi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan ciri khas layanan bagi anak tuna rungu. Layanan bimbingn trutama diperlukan dalam mengatasi dampak kelainan terhadap aspek psikologisnya, serta pengembangan sosialisai siswa.

2.      Layanan Khusus
Layanan khusus merupakan layanan yang khusus diberikan kepada anak tunarungu dalam mengurangi  dampak ketunarunguannya atau melatih kemampuan yang masih ada, yang meliputi layanan bina bicara serta layanan bina persepsi bunyi dan irama.

3.      Layanan Bina Bicara
Merupakan layanan upaya untuk meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dalam rangkaian kata-kata, agar dapat dimengerti atau diinterpretasika oleh orang yang mengajak atau diajak bicara.
Latihan bina bicara bertujuan antara lain agar anak tuna rungu memiliki dasar ucapan yang benar sehingga dapat dimengerti orang lain, memberi keyakinan pada anak tuna rungu bahwa bunyi atau suara yang yang diproduksi melalui organ bicaranya harus mempunyai makna, membedakan ucapan yang satu dengan ucapan yang lainnya, serta memfungsikan organ-organ bicaranya yang kaku.

4.      Layanan bina persepsi bunyi dan irama
Layanan bina persepsi bunyi dan irama merupakan layanan untuk melatih kepekaan terhadap bunyi dan irama melalui sisa pendengaran atau merasakan vibrasi ( getaran bunyi ) bagi siswa yang hanya memiliki sedikit sekali sisa pendengaran.


LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK  HAMBATAN BICARA
A.    Pengertian Tunawicara
Anak Tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan atau hambatan dalam dalam komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
B.     Faktor Penyebab Tuna Wicara
1.      Gangguan Pre Natal
a.       Hereditas (keturunan)
b.      Anoxia (Kekurangan oksigen)
2.      Gangguan Natal
a.       Prematur
Bayi-bayi prematur yang lahir dengan berat badan tidak normal dan lahir dengan organ tubuh yang belum sempurna dapat mengakibatkan kebisuan yang kadang disertai ketulian. Kurangnya berat pada ketika lahir juga dapat menyebabkan jaringan-jaringan
3.      Gangguan Pos Natal
a.       Infeksi misalnya campak
b.      Meningitis(Radang selaput otak)
c.       Infeksi Alat Pernafasan

C.    Karakteristik Tuna Wicara
1.      Karakteristik bahasa dan wicara
Pada umumnya anak tunawicara  memiliki kelambatan dalam perkembangan bahasa wicara bila dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak normal.

2.      Kemampuan intelegensi
Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan anak-anak normal, hanya pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ performanya
3.      Penyesuaian emosi,sosial dan perilaku
Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna wicara mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.

Sedangkan yang  merupakan ciri-ciri fisik dan psikis anak tunawicara adalah .
a.       Berbicara keras dan tidak jelas
b.        Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
c.       Telinga mengeluarkan cairan
d.       Biasanya Menggunakan alat bantu dengar
e.       Bibir sumbing
f.        Suka melakukan gerakan tubuh
g.       Cenderung pendiam
h.       Suara sengau
i.         Cadel    

0 komentar:

Posting Komentar

 

BLOG PENDIDIKAN Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates