Selasa, 22 November 2016

Perkembangan peserta didik


PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK SEKOLAH DASAR


PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK SEKOLAH DASAR

I.     Perkembangan kepribadian
Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini berasal dari kata latin, yaitu persona yang berartitopeng atau seorang individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam drama (Buchori, 1982:91). Sehingga kepribadian seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan oleh keseluruhan tingkah laku orang lain.
Dalam perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal atau komponen penting. konsep diri merupakan konsep, persepsi, maupun gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai bayangan dari cermin diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya (Buchori 1982). Teori-Teori Pengembangan Kepribadian ini berfokus pada berbagai aspek pengembangan psikologi kepribadian, termasuk kognitif, perkembangan sosial dan moral. Macam-macam Teori Psikologi Kepribadian :
A.  Piaget Tahapan Pengembangan Kognitif
Teori Jean Piaget tentang  perkembangan kognitif tetap salah satu yang paling sering dikutip dalam psikologi, meskipun menjadi subjek kritik yang cukup. Sementara banyak aspek teori tidak teruji oleh waktu, namun ide intinya tetap penting hari ini: anak-anak berpikir berbeda daripada orang dewasa.
B.  Freud Tahapan Pembangunan Psikoseksual
Pada tahap teori terkenal tentang perkembangan psikoseksual, Freud menyarankan bahwa kepribadian berkembang secara bertahap yang berkaitan dengan zona erotis tertentu. Kegagalan untuk berhasil menyelesaikan tahap ini, ia menyarankan, akan menyebabkan masalah kepribadian di masa dewasa.
C.  Freud Struktural Model Kepribadian
Konsep Freud tentang id, ego dan superego telah menjadi terkenal dalam budaya populer, meski kurangnya dukungan dan skeptisisme besar dari banyak peneliti. Menurut Freud, tiga unsur dari kepribadian-yang dikenal sebagai id, ego, dan superego-bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.
D.  Erikson Tahapan Pembangunan Psikososial
Teori Erik Erikson tentang delapan tahap perkembangan manusia adalah salah satu teori terbaik yang dikenal dalam psikologi. Sementara teori didasarkan pada tahapan Freud tentang perkembangan psikoseksual, Erikson memilih untuk fokus pada pentingnya hubungan sosial pada pengembangan kepribadian. Teori ini juga melampaui masa kanak-kanak untuk melihat perkembangan di seluruh umur.
E.   Kohlberg Tahapan Pembangunan Moral
Lawrence Kohlberg mengembangkan teori pengembangan psikologi kepribadian yang berfokus pada pertumbuhan pemikiran moral. Bangunan pada proses dua-tahap yang diusulkan oleh Piaget, Kohlberg memperluas teori untuk meliputi enam tahapan yang berbeda.

II.     Karakteristik Perkembangan Kepribadian
Memahami karakteristik  kepribadian peserta didik tidaklah mudah. Sehingga antara pendidik dengan peserta didik sama-sama belajar. Dari proses belajar tersebut, banyak pendapat-pendapat atau hasil penelitian tentang macam-macam kepribadian peserta didik yang bertujuan agar terjadi kesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Jika dalam kehidupan atau ruang lingkup pendidikan, salah satunya dapat bertujuan untuk memperlancar proses pembelajaran agar sasaran dan ilmu yang disampaikan dapat maksimal saat diterima masing-masing peserta didik. Sehingga dapat dikatakan bahwa memahami kepribadian peserta dapat dianggap modal atau langkah awal para pendidik sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Karakteristik kepribadian sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena pelajaran atau materi dapat dipahami oleh peserta didik saat peserta didik dapat fokus terhadap apa yang sedang dibahas. Sebelum membuat peserta didik fokus terhadap materi atau pelajaran yang pendidik berikan, langkah awal pendidik adalah membuat peserta didik fokus kepada pendidik. Apabila para pendidik telah berhasil membuat fokus para peserta didik kepada pendidik, maka dengan mudahnya para pendidik melangsungkan kegiatan belajarnya. Berikut ini adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.

A.  Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.    Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif  bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
2.    Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
3.    Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.

B.  Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
1.        Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
2.        Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
3.        Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive), neurotik.
4.        Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
5.        Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.
6.        Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
7.        Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
8.        Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
9.        Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
10.    Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
11.    Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
12.    Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.

C.  Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007). Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen seseorang. Tipe kepribadian itu antara lain:
1.    Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
2.    Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
3.    Tpe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
4.    Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan.

D.  Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa. Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
1.    Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
2.    Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
3.    Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri. Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic).

E.   Menurut Jung (dalam Sudianto 2009). Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:
1.    Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
2.    Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai subjektif. Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.

F.   Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
1.    Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
2.    Anak yang biasa-biasa saja.
3.    Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dekolah.

G.  Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa:
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber.
1.    Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua.
2.    Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)
Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya.
3.    Krakteristik perkembangan masa puber (11/12  14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya.

III.     Jenis-jenis kepribadian
1.    Tipe Kepribadian Sanguinis
Tipe ini paling baik dalam hal berurusan dengan orang lain secara antusias; menyatakan pemikiran dengan penuh gairah; memperlihatkan perhatian. Kelemahan tipe ini adalah berbicara terlalu banyak; mementingkan diri sendiri; sulit berkonsentrasi; kurang disiplin. Orang dengan tipe kepribadian Sanguinis cenderung hangat (warm-hearted), ceria, optimis, PD, namun juga egois. Sedangkan orang Phlegmatis adalah mereka yang punya lebih banyak kadar lendir dalam tubuh
2.    Tipe Kepribadian Melankolis
Tipe ini paling baik dalam hal mengurus perincian dan pemikiran secara mendalam, memelihara catatan, bagan dan grafik; menganalisis masyarakat yang terlalu sulit bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah mudah tertekan; menunda  nunda suatu pekerjaan; mempunyai citra diri yang rendah; mengajukan tuntutan yang tidak realistis pada orang lain. Orang dengan tipe kepribadian melankolis cenderung lebih mudah sedih dan depresi (mood-nya lebih gloomy), artistik dan puitis.
3.    Tipe Kepribadian Koleris
Tipe ini paling baik dalam hal pekerjaan yang memerlukan keputusan cepat; persoalan yang memerlukan tindakan dan pencapaian seketika; bidang-bidang yang menuntut kontrol dan wewenang yang kuat. Kelemahan tipe ini adalah tidak tahu bagaimana cara menangani orang lain; sulit mengakui kesalahan; sulit bersikap sabar; terlalu pekerja keras. Orang dengan tipe kepribadian ini cenderung tenang, cool, rasional, dan konsisten namun juga lamban dan pemalu. Orang Koleris adalah mereka yang punya kadar cairan empedu lebih banyak dalam tubuh. Karakteristik orang Koleris menurut Galen adalah bersemangat, antusias, enerjik, dan passionate. Terakhir, orang Melankolis adalah mereka yang punya kadar black bile lebih banyak dalam tubuh.
4.    Tipe Kepribadian Phlegmatis
Tipe ini paling baik dalam posisi penengahan dan persatuan; badai yang perlu diredakan; rutinitas yang terus membosankan bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah kurang antusias; malas; tidak berpendirian; sering mengalami perasaan sangat khawatir, sedih dan gelisah.

Kepribadian dan Watak Manusia Menurut William Sheldon
Sheldon membagi tipe kepribadian berdasarkan dominasi lapisan yang berada dalam tubuh seseorang. Berdasarkan aspek ini, dia membagi tipe kepribadian menjadi tiga:
1.    Ektomorph
Tipe orang yang berbadan kurus tinggi, karena lapisan badan bagian luar yang dominan. Sifatnya antara lain suka menyendiri dan kurang bergaul dengan lingkungan masyarakatnya.
2.    Mesomorph
Tipe orang yang berbadan sedang, dikarenakan lapisan badan bagian tengah yang dominan. Sifat orang tipe ini antara lain giat bekerja dan mampu mengatasi sifat agresif.
3.    Endomorph
Tipe orang yang memiliki bentuk badan gemuk, bulat, dan anggota tubuh yang pendek karena lapisan badan bagian dalam yang dominan. Sifat yang dimilikinya antara lain kurang cerdas, senang makan, suka dengan kemudahan, dan tidak banyak mengambil resiko dalam kehidupan.

IV.     Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi perkembangan kepribadian
Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa mengenai perkembangan pola kepribadian, ada 3 faktor yang menentukan perkembaangan kepribdian seseorang termasuk peserta didik, yaitu:
1.    Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya.
2.    Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya.
3.    Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pada diri seseorang.

Menurut Purwanto (2006) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain:
1.    Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah  menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
2.    Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu. Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.  
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.
3.    Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
a.    Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
b.    Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.
c.    Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya.
d.   Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cirri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
e.    Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.

V.     Masalah-masalah yang mungkin muncul dalam perkembangan kepribadian
Menurut PPDGJ III ( Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa di Indonesia III ). Pada Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III (Rusdi, 2000:102-105) Terdapat Yang di sebut dengan diagnosa Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa antara lain adalah sebagai berikut:
A.  Gangguan Kepribadian Paranoid , dengan ciri-ciri :
1.    Kepekaan berlebihan terjadap kegagalan dan penolakan
2.    Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam
3.    Kecurigaan dan kecenderungan mendistorsikan pengalaman dengan menyalah artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan dan penghinaan
4.    Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada (actual situation)
5.    Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification) tentang kesetiaan seksual dari pasangannya
6.    Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self-referential attitude)
7.    Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substatantuf dari suatu peristiwa baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya.

B.  Gangguan Kepribadian Skizoid, ditandai dengan deskripsi berikut :
1.    Sedikitnya (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
2.    Emosi dingin, efek mendatar, atau tak peduli (detachment)
3.    Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain
4.    Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
5.    Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain (perhitungkan usia penderita)
6.    Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
7.    Preokupasi dengan fantasi dan intropeksi yang berlebihan
8.    Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu
9.    Sangat sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku.

C.  Gangguan Kepribadian Dissosiala, deskripsi berikut :
  1. Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
  2. Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus-menerus (persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial
  3. Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya
  4. Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan
  5. Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari hukuman
  6. Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat

D.  Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil
Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensinya
Dua varian yang khas adalah berkaitan denga impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri.

E.   Gangguan Kepribadian Histrionik, deskripsi sebagai berikut :
  1. Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self dramatization) seperti bersandiwara (theariticality) yang dibesar-besarkan (exaggerated)
  2. Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan
  3. Keadaan afektif yang dangkal dan labil
  4. Terus-menerus mencari kegairahan (excitement). Penghargaan (appreation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian
  5. Penampilan atau perilaku merangsang (seductive) yang tidak memadai
  6. Terlalu peduli dengan daya tarik fisik

F.   Gangguan Kepribadian Anankastik , ditandai dengan ciri-ciri :
  1. Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan;
  2. Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (detail), peraturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal;
  3. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas;
  4. Ketelitian yang berlebihan, terlalu berhati-hati, dan keterikatan yang tidak semestinya pada produktifitas, sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan interpersonal;
  5. Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial;
  6. Kaku dan keras kepala;
  7. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu atau keengganan yang tak beralasan untuk mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu;
  8. Mencampur-adukan pikiran dan dorongan yang memaksa dan yang enggan.

G.  Gangguan Kepribadian Cemas ( Menghindar ), dengan ciri ciri :
  1. Perasaan tegang dan taku yang menetap dan pervasif
  2. Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain
  3. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi social
  4. Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai
  5. Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik
  6. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.

H.  Gangguan Kepribadian Dependen 
  1. Mendorong dan membiarkan orang lain untuk mengambil sebahagian besar keputusan penting untuk dirinya
  2. Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia bergantung dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka
  3. Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang dimana tempat ia bergantung
  4. Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan mengurus diri sendiri
  5. Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengan nya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri
  6. Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.

VI.     Usaha yang dapat dilakukan guru dan orang tua dalam Mewujudkan kepribadian anak SD
Dalam berbagai penelitian para ahli dapat dikemukakan beberapa hal yang perlu di berikan oleh orang tua terhadap anaknya, sebagai mana diungkapkan sebagai berikut:
1.    Respek dan kebebasan pribadi.
2.    Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik.
3.    Hargai kemandiriannya.
4.    Diskusikan tentang berbagai masalah.
5.    Berikan rasa aman, kasih sayang, dan perhatian.
6.    Anak-anak lain perlu di mengerti.
7.    Beri contoh perkawinan yang bahagia

Usaha yang dapat dilakukan guru adalah :
1.    Mengajarkan kejujuran
2.    Mengajarkan keberanian
3.    Mengajarkan kesabaran
4.    Mengajarkan kesederhanaan
5.    Mengajarkan berpikir lurus
6.    Mengajarkan tanggung jawab
7.    Mengajarkan kedisiplinan
8.    Mengajarkan nilai semangat juang


Daftar Rujukan
Belajar, Online (http://h2dy.wordpress.com/2009/02/17/pentingnya-mengenal-kepribadian-siswa-untuk-meningkatkan-prestasi-belajar, diakses tanggal 6 November 2009).

Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars.

Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.

Marijan. Metode Pendidikan Anak. Yogyakarta Sabda Media. 2012

Megawangi Ratna dkk. Pendidikan Holistik. Bogor. Indonesia Heritage Foundation. 2011

Suadianto. 2009. Pentingnya Mengenak Ke[ribadian Siswa untuk Meningkatkan Prestasi. Jakarta: Depdiknas.

Wijaya, Juhana. 1988. Psikologi Bimbingan. Bandung: PT Eresco.

Yamin Martinis dan Sanan Sabri jamilah. Panduan PAUD. Jakarta. Gp press. 2010

0 komentar:

Posting Komentar

 

BLOG PENDIDIKAN Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates