LAYANAN
PENDIDIKAN BAGI ANAK HAMBATAN
PENDENGARAN DAN BICARA
A. Pengertian Anak Tunarungu
Anak tunarungu adalah
anak yang mengalami hambatan dalam mendengar yang di sebabkan karena
tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan alat pendengaran sehingga anak
memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan bahasa
serta potensi yang dimiliki anak seoptimal mungkin.
B. Penyebab Ketunarunguan
1.
Masa
Prenatal.
Pada masa prenatal pendengaran anak
menjadi tuna rungu disebakan oleh:
a. Faktor
keturunan atau hereditas.
b. Cacar
air, campak (rubella, german measles).
c. Toxamela
(keracunan darah).
d. Penggunaan
obat pil dalam jumlah besar.
e. Kekurangan
Oksigen (anoxia).
2.
Masa
Natal
a. Faktor
rhesus ibu dan anak tidak sejenis.
b. Anak
lahir premature atau sebelum 9 bulan dalam kandungan.
3.
Post
Natal
a. infeksi
misalnya campak (measles) infection atau anak
terkena syphilis sejak lahir.
b. Meningitis (peradangan
selaput otak).
c. Tuli perseptif
yang bersifat keturunan.
d. Kecelakaan
yang mengakibatkan kerusakan alat-alat pendengaran bagian dalam.
C. Klasifikasi Ketunarunguan
1.
Tunarungu ringan (mild hearing loss),
yaitu kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB yang memiliki ciri- ciri :
a. Sukar
mendengar percakapan yang lemah.
b. Menuntut
sedikit perhatian khusus dari sistem sekolah tentang
kesulitannya.
c. Perlu
latihan membaca ujaran dan perlu diperhatikan
perkembangan penguasaan
perbendaharaan kata.
2.
Tunarungu sedang (moderate hearing loss),
yaitu kehilangan kemampuan mendengar 30-40 dB yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Mengerti
percakapan biasa pada jarak satu meter.
b. Mereka
sulit menangkap percakapan dengan pendengaran pada jarak normal dan
kadang-kadang mereka mendapat kesulitan dan menangkap percakapan kelompok.
c. Mereka
akan sedikit mengalami kelainan bicara dan perbendaharaan kata yang terbatas.
d. Kebutuhan
dalam program pendidikan antara lain belajar membaca, penggunaan alat bantu
dengar, latihan bicara, latihan artikulasi dan perhatian dalam perkembangan
perbendaharaan kata.
3.
Tunarungu agak berat (moderately severe hearing
loss), yaitu
kehilangan kemampuan mendengar 40-60 dB yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Mereka
mengerti percakapan keras pada jarak satu meter.
b. Ucapan
kata terbatas
4.
Tunarungu berat (severe hearing loss), yaitu
kehilangan kemampuan mendengar 60-70 dB. Memiliki ciri-ciri :
Mereka masih biasa mendengar suara keras
dari jarak yang dekat misalnya klakson mobil dan lolongan anjing. Mereka diajar
dalam suatu kelas khusus untuk anak-anak tunarungu. Diperlukan latihan membaca
ujaran dan pelajaran yang dapat mengembangkan bahasa dan bicara dari guru kelas
khusus.
5.
Tunarungu berat sekali (profound hearing loss),
yaitu kehilangan kemampuan mendengar 75 dB keatas. Memiliki ciri :
Mendengar suara yang keras pada jarak 1
inci (2,24 cm) atau sama sekali tidak mendengar walaupun menggunakan alat bantu
dengar.
D. Karakteristik Anak Tunarungu
1. Fisik
a. Cara
berjalan kaku dan agak membungkuk hal ini terjadi pada anak tunarungu yang
mempunyai kelainan atau kerusakan pada alat keseimbangannya.
b. Gerakan
mata cepat yang menunujukan bahwa ia ingin menguasai lingkungan sekitarnya.
c. Pernapasan
yang pendek dan agak terganggu. Kelainan pernapasan terjadi karena tidak
terlatih terutama pada masa meraban yanmg merupakan masa perkembangan bahasa.
2. Bahasa dan Bicara
a.
Fase
motorik yang tidak teratur.
Pada
fase ini anak melakukan gerakan-gerakan yang tidak teratur, misalnya :
1) Gerakan
tangan.
2) Menangis.
Menangis permulaan adalah gerak refleks dari bayi yang baru lahir. Menangis
sangat penting bagi perkembangan selanjutnya karena dengan menangis secara
tidak sengaja sudah melatih otot-otot bicara, pita suara dan paru-paru.
b.
Fase
meraban (babbling)
1) Mimik
perangai ibu
Pada awal fase meraban
(babling) tidak terjadi hambatan karena fase meraban ini merupakan
kegiatan alamiah dari pernapasan dan pita suara.
2) Bayi
babling
Mula-mula
bayi babling, kemudian ibu meniru. Tiruan itu terdengar oleh bayi dan
ditirukan kembali. Peristiwa inilah yang mkenjadi proses terpenting dalam
pembinaan bicara anak. Bagi anak tunarungu tidak terjadi pengulangan bunyinya
sendiri, karena anak tunarungu tidak mendengar tiruan ibunya. Dengan demikian
perkembangan bicara selanjutnya menjadi terhambat.
c.
Fase
penyesuaian diri.
Suara-suara yang diujarkan orang tua dan
ditiru oleh bayi kemudian ditirukan kembali oleh orang tuanya secara terus
menerus. Pada anak tunarungu hal tersebut terbatas pada peniruan penglihatan
(visual) yaitu gerakan-gerakan atau isyarat-isyarat, sedangkan peniruan
pendengaran (auditif) tidak terjadi karena anak tunarungu tidak dapat mendengar
suara.
3. Kepribadian, emosi dan sosial.
1) Sifat
egosentris yang lebih besar daripada aanak normal, dunia penghayatan mereka
lebih sempit maka akan lebih terarah pada dirinya sendiri. Sifat egosentis ini
berarti Sukar menempatkan diri pada cara berpikir dan pada perasaan orang
lain.
2) Dalam
perilakunya sering di kuasai oleh perasaan dan pikiran sendiri
mereka sulit menyusuaikan diri.
3) Mempunyai
perasaan takut akan hidup.
4) Sikap
ketergantungan kepada orang lain.
5) Lekas
marah dan cepat tersinggung.
E. Layanan Bimbingan Bagi Anak Tuna
Rungu
1.
Layanan
Umum
Layanan umum merupakan layanan
pendidikan yang biasa diberikan kepada anak mendengar atau normal yang meliputi
layanan akademik, latihan dan bimbingan. Layanan akademik bagi anak tunarungu
pada dasarnya sama dengan layanan akademik bagi anak mendengar, yaitu mencakup
mata-mata pelajaran yang biasa diberikan di SD biasa, tetapi terdapat hal-hal
yang perlu diperhatikan berkaitan dengan ciri khas layanan bagi anak tuna
rungu. Layanan bimbingn trutama diperlukan dalam mengatasi dampak kelainan
terhadap aspek psikologisnya, serta pengembangan sosialisai siswa.
2.
Layanan
Khusus
Layanan khusus merupakan layanan yang
khusus diberikan kepada anak tunarungu dalam mengurangi dampak
ketunarunguannya atau melatih kemampuan yang masih ada, yang meliputi layanan
bina bicara serta layanan bina persepsi bunyi dan irama.
3.
Layanan
Bina Bicara
Merupakan layanan upaya untuk
meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
dalam rangkaian kata-kata, agar dapat dimengerti atau diinterpretasika oleh
orang yang mengajak atau diajak bicara.
Latihan bina bicara
bertujuan antara lain agar anak tuna rungu memiliki dasar ucapan yang benar
sehingga dapat dimengerti orang lain, memberi keyakinan pada anak tuna rungu
bahwa bunyi atau suara yang yang diproduksi melalui organ bicaranya harus
mempunyai makna, membedakan ucapan yang satu dengan ucapan yang lainnya, serta
memfungsikan organ-organ bicaranya yang kaku.
4.
Layanan
bina persepsi bunyi dan irama
Layanan bina persepsi bunyi dan irama merupakan
layanan untuk melatih kepekaan terhadap bunyi dan irama melalui sisa
pendengaran atau merasakan vibrasi ( getaran bunyi ) bagi siswa yang hanya
memiliki sedikit sekali sisa pendengaran.
LAYANAN
PENDIDIKAN BAGI ANAK HAMBATAN BICARA
A. Pengertian Tunawicara
Anak Tunawicara adalah
individu yang mengalami gangguan atau hambatan dalam dalam komunikasi verbal
sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
B. Faktor Penyebab Tuna Wicara
1.
Gangguan
Pre Natal
a. Hereditas
(keturunan)
b. Anoxia
(Kekurangan oksigen)
2.
Gangguan
Natal
a. Prematur
Bayi-bayi prematur yang lahir dengan
berat badan tidak normal dan lahir dengan organ tubuh yang belum sempurna dapat
mengakibatkan kebisuan yang kadang disertai ketulian. Kurangnya berat pada
ketika lahir juga dapat menyebabkan jaringan-jaringan
3.
Gangguan
Pos Natal
a. Infeksi
misalnya campak
b. Meningitis(Radang
selaput otak)
c. Infeksi
Alat Pernafasan
C. Karakteristik Tuna Wicara
1.
Karakteristik
bahasa dan wicara
Pada umumnya anak tunawicara memiliki
kelambatan dalam perkembangan bahasa wicara bila dibandingkan dengan
perkembangan bicara anak-anak normal.
2.
Kemampuan
intelegensi
Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak
berbeda dengan anak-anak normal, hanya pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah
dari IQ performanya
3.
Penyesuaian
emosi,sosial dan perilaku
Dalam melakukan interaksi sosial di
masyarakat banyak mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna
wicara mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara
terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.
Sedangkan yang merupakan ciri-ciri fisik dan psikis anak tunawicara
adalah .
a. Berbicara
keras dan tidak jelas
b. Suka
melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
c. Telinga
mengeluarkan cairan
d. Biasanya Menggunakan
alat bantu dengar
e. Bibir
sumbing
f. Suka
melakukan gerakan tubuh
g. Cenderung
pendiam
h. Suara
sengau
i. Cadel