Selasa, 22 November 2016

Game dalam pembelajaran


GAME UNTUK MEMULAI DAN MENGAKHIRI PELAJARAN



Game atau permainan memang sangat disukai peserta didik. dimana game ini bisa untuk mengkondisikan siswa agar konsentrasinya terpusat. berikut ini berapa Game yang bisa diterapkan:

1. Bom - bom an
Game ini bisa digunakan didalam kelas, maupun diuar kelas. seluruh siswa dengan sikap duduk atau berdiri ditempatnya. kemudian siswa diminta menghitung angka secara berurutan. Guru memberikan aba aba semisal angka kelipatan 5, hitungan dimulai. maka siswa menyebutkan angka 1, 2, 3, 4, bom, 6, 7, dst... disini siswa diajak untuk berkonsentrasi sebelum memulai pelajaran. permainan bisa di tambah dengan kelipatan 5 mengandung 2, maka nanti angkanya menjadi 1, bom, 3, 4, bom, 6, dst.

2. Wek e wek
Game ini digunakan untuk meningkatkan konsentrasi siswa, antara pendengaran, penglihatan dan gerak. dimuai dari guru mengajak seluruh siswa memeragakan gerakan tangan seperti bebek dan sambil berteriak wek wek e wek (seperti suara anak bebek), setelah itu siswa diminta memegang mulut, kemuduan wek wek e wek, pegang mata, dst. setelah itu guru meminta memegang mata, tetapi guru memegang telinga (disini siswa di tes daya konsentrasinya).

3. Angin Berhembus

Game ini memerlukan alat sebagai pijakan. misal didalam kertas bisa menggunakan korsi tempat duduk, maupun daun, atau ranting jika diluar kelas. game dimulai dengan nyanyian, Angin berhembus, dan siswa menjawab berhembus kemana angin, guru menjawab yang memakai sepatu. nanti seluruh siswa yang menggunakan sepatu harus berpindah tempat. dan korsi siswa diambil satu sehingga ada satu siswa yang tidak mendapatkan tempat, maka siswa tersebutlah yang mendapat tugas. Tugas disini bisa mengerjakan soal, mencari suatu barang, ataupun angka, menyanyi, dan lain-lain

Perkembangan fisik dan motorik siswa SD


PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK ANAK SD


I.     Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan biologis (bio-logical growth) merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Menurut Seifert dan Hoffnung, (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, system saraf, organ-organ indrawi, pertumbuhan tinggi dan berat, dan lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).
Bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal adalah sangat penting. Sebab pertumbuhan/ perkembangan fisik anak secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perilaku sehari-hari. Secara langsung, pertumbuhan fisik anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Sedangkan secara tidak langsung, pertumbuhan/perkembangan fisik akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Ini akan terlihat dari pola penyesuaian diri anak secara umum.
Anak sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun. Secara fisik, anak SD memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya.
1.    Tinggi dan berat badan
            Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan konsisten bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak usia SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5-3,5 kg, dan penambahan tinggi badan 5-7 cm pertahhun ( F.A Hadis 1996)
2.    Proporsi dan bentuk tubuh
            Anak SD kelas-kelas awal umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit mulai berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas akhir lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati seimbang. Berdasarkan tipologi Sheldon (Hurlock 1980) ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak SD yaitu :
  • · Endomorph yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar.
  • · Mesomorph yang kelihatannya kokoh, kuat dan lebih kekar
  • · Ectomorph yang tampak jangkung, dada pipih, lemak dan seperti tak berotot
3.    Otak
            Bila dibandingkan dengan pertumbuhan bagian tubuh lain, pertumbuhan otak dan kepala jauh lebih cepat. Menurut Santrock dan Yussen, sebagian besar pertumbuhan otak terjadi pada usia dini. Menjelang umur lima tahun, ukuran otak anak mencapai 90% dari ukuran otak dewasa. Kematangan otak yang dikombinasikan dengan pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak.
Tahap perkembangan fisik
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis (Allport, 1957). Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya, normalitas dari konstitusi, struktur, dan kondisi jasmaniah seseorang akan mempengaruhi normalitas kepribadiannya, khususnya yang bertalian dengan masalah body image, self concept, self-esteem dan rasa harga dirinya.
A.  Perkembangan masa prenatal
Periode prenatal adalah periode yang pertama dilalui oleh setiap individu dan yang paling singkat dari periode sebelumnya. Perkembangan pokok pada masa ini ialah perkembangan fisiologis berupa pembentukan struktur tubuh. Masa bayi
Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar paeriode kehidupan yang sesungguhnya karena pada masa ini banyak pola, perilaku, sikap dan ekspresi emosi mulai terbentuk. Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi lahir.
B.  Masa anak-anak
1.    Tinggi
Kenaikan tinggi pertahun adalah 2 sampai 3 inchi. Rata-rata anak perempuan sebelas tahun mempunyai tinggi badan 58 inchi dan anak laki-laki 57,5 inchi.
2.    Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi, berkisar antara 3-5 pon per tahun. Rata-rata anak perempuan sebelas tahun mempunyai berat 88,5 pon dan anak laki-laki 85,5 pon.
3.    Perbandingan tubuh
Beberapa perbandingan wajah yang kurang baik menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan merata, bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk. Badan memanjang dan menjadi lebih langsing, leher menjadi lebih panjang, dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memanjang, dan tangan dan kaki dengan lambat tumbuh membesar.
4.    Kesederhanaan
Pebandingan tubuh yang kurang baik yang sangat mencolok pada masa akhir kanak-kanak menyebabkan meningkatnya kesederhanaan pada saat ini. Disamping itu, kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kecenderungan untuk berpakaian seperti teman-teman tanpa memperdulikan pantas tidaknya, juga menambah kesederhanaan.
5.    Pebandingan otot lemak
Selama akhir masa kanak-kanak, jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai melejit pada awal pubertas. Anak yang berbentuk endomorfik jaringan lemaknya jauh lebih banyak daripada jaringan otot sedangkan pada tubuh mesomorfik keadaanya terbalik. Pada bentuk tubuh ektomorfik tidak terdapat jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung tampak kurus.
6.    Gigi
Pada permulaan pubertas, umumnya seorang anak sudah mempunyai 22 buah gigi tetap. Keempat gigi terakhir, muncul selama masa remaja.
C.  Masa Remaja
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :
Perempuan
1.    Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)
2.    Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)
3.    Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)
4.    Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn)
5.    Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
6.    Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
Laki-laki
1.    Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)
2.    Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun)
3.    Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun)
4.    Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)
5.    Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran penis)
6.    Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
7.    Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
D.  Masa Dewasa
            Dewasa awal ini ada yang mengatakan mulai umur 18 tahun sampai 40 tahun, tapi ada referensi lain yang mengatakan mulai 20-40 tahun. Masa dewasa awal yang merupakan kelanjutan masa remaja yang sibuk mencari jati diri kini sudah lebih stabil dan mulai sibuk dalam penempatan dirinya ditengah-tengah masyarakat. Secara phisik dewasa awal sudah selesai dalam perkembangannya, tetapi kemampuan pisiknya semakin meningkat pada masa ini. Atlet lari memiliki prestasi paling baik pada masa dewasa awal. Juga hampir semua olahragawan berprestasi terbaik pada masa ini, karena kondisi kemampuan pisik paling puncak adalah tahun-tahun sebelum mencapai usia 30an.
            Pada puncak kemampuan fisik ini, tubuh cepat memulihkan dirinya ketika mengalami cedera atau kelelahan. Tubuh memiliki kemampuan yang lebih kuat, dan terkadang jauh dari kata letih. KEmampuan fisik yang maksimal ini akan sangat disayangkan kalau tidak digunakan tetapi sebaliknya kita bermalas-malas tanpa mengerjakan apapun. Fisik yang lelah akan segera memulihkan keadaannya, tetapi ada batas-batas yang harus diperhatikan. Fisik yang terus dipaksa beraktivitas mungkin akan melewati batas pemulihannya bisa mengakibatkan sakit pada masa penghujung masa dewasa awal ini atau pada masa dewasa madya (40-60thn).
            Selain merupakan puncak kemampuan fisik, pada dewasa awal juga mulai terjadi penurunan kemampuan pisik. Kalau sudah terjadi penurunan kemampuan fisik dalam beraktivitas maka kita perlu memperhatikan supaya bisa tetap memiliki tubuh yang sehat. Makanan yang sehat dan bergizi serta olah raga yang teratur akan membantu menjaga stamina tubuh. Porsi makanan yang diperlukan tubuh mada masa ini sebenarnya tidak sebanyak makanan yang diperlukan tubuh pada masa remaja. Porsinya seharusnya semakin berkurang, tetapi ketika orang-orang dewasa awal sudah mampu mandiri dan mampu membeli makanan yang diinginkannya, maka hal inilah yang menyebabkan masa dewasa awal sering bermasalah dengan berat badan.

II.     Perkembangan Motorik
          Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.        
          Seandainya tidak ada gangguan fisik dan hambatan mental yang mengganggu perkembangan motorik, secara normal anak yang berumur 6 tahun akan siap menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam kegiatan bermain teman sebaya. Sebagian tugas perkembangan anak yang paling penting dalam masa prasekolah dan dalam tahun-tahun permulaan sekolah, terdiri atas perkembangan motorik yang didasarkan atas penggunaan kumpulan otot yang berbeda secara koordinasi.
          Jika tidak ada gangguan kepribadian yang menghambat ,anak yang memiliki sifat yang sesuai dengan harapan masyarakat akan melakukan penyesuaian sosial dan pribadi yang baik. Sebaliknya dalam diri anak yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat,akan berkembang perasaan tidak mampu yang akan melemahkan semangat mereka untuk mencoba mempelajari apa yang telah dipelajari oleh teman sebaya mereka.
          Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan  motorik, anak-anak terus melakukan aktivitas fisik yang terkadang bersifat  informal dalam bentuk permainan. Disamping itu anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal sperti senam, berenang,dll.
          Berikut beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara lain :
KEMAMPUAN MOTORIK
Anak usia 6th
Anak usia 7th
 Ketangkasan Meningkat
 Mulai membaca dengan lancer
 Melompat tali
 Cemas terhadap kegagalan
 Bermain sepeda
 Peningkatan minat pada bidang sepiritual
 Mengetahui kanan dan kiri
 Kadang malu atau sedih
 Mungkin bertindak menentang

 Menguraikanobjek-objek dengan gambar


KEMAMPUAN MOTORIK
Anak usia 8-9th
Anak usia 10-12th
Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
 Perubahan sikap berkaitan dengan postur tubuh, puberitas mulai nampak
Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
Mampu melakukan aktivitas rumah tangga,    seperti mencuci, menjemur,dll.
Keterampilan Lebih ndividual
 Keinginan untuk menyenangkan orangtua
Ingin terlibat dalam sesuatu
 Mula tertarik dengan lawan jenis
Menyukai kelompok dan mode

Mencari teman secara aktiv


Semakin  matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau ketermapilan motorik anak. Keterampilan motorik ini di bagi dua jenis, yaitu :
1.    Keterampilan atau gerakan kasar, seperti berjalan, berlari, melompat, naik dan turun tangga.
2.    Keterampilan motorik halus atau keterampilan memanipulasi, seperti menulis, menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola, serta memainkan benda – benda atau alat – alat mainan.
Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan. Elizabeth Hurlock, mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan individu, yaitu :
1.    Melalui ketermapilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar, dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2.    Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi“helplessness” (tidak berdaya) pada bulan – bulan pertama dalam kehidupannya ke kondisi yang “independence” (bebas, tidak bergantung). Anak dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan “self confidence” (rasa percaya diri).
3.    Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah (school adjustment). Pada usia pra sekolah (taman kanak – kanak) atau usia kelas – kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan berbaris – baris.
4.    Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucil atau menjadi anak yang “fringer” (terpinggirkan).
5.    Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan “self-concept” atau kepribadian anak.

III.     Fase – Fase Perkembangan Fisik dan Motorik
1.    Periode Perkelahiran (prenatal periodialah saat dari pembuahan hingga kelahiran. Periode ini merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan kira kira dalam periode 9 bulan.
2.    Masa Bayi (infacyialah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.
3.    Masa awal anak anak (early chidhood) yaitu periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak anak.
4.    Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood)ialah periode perkembangan yang merentang dari usia kira kira enam hingga sebelas tahun, yang kira kira setara dengan tahun tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun tahun sekolah dasar. Keterampilan keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.
5.    Masa remaja (adolescenceialah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
6.    Masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tugapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.
7.    Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia kira kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan tahun. Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
8.    Masa akhir dewasa (late adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru.

IV.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik
Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu, yaitu sebagai berikut :
1.    Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu. Termasuk ke dalam faktor internal ini adalah sebagai berikut :
a.    Sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya
Anak yang ayah dan ibunya bertubuh tinggi cenderung lebih lekas menjadi tinggi dari pada anak yang berasal dari orang tua yang bertumbuh pendek.
b.    Kematangan
Secara sepintas, pertumbuhan fisik seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh faktor kematangan. Meskipun anak itu diberi makanan yang bergizi tinggi, tetapi kalau saat kematangan belum sampai, pertumbuhan akan tertunda. Misalnya, anak berumur tiga bulan  diberi makanan yang cukup bergizi supaya pertumbuhan otot kakinya berkembang sehingga mampu untuk berjalan. Ini tidak mungkin berhasil sebelum mencapai umur lebih dari sepuluh bulan.
2.    Faktor Eksternal
Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar diri anak. Termasuk ke dalam faktor eksternal adalah sebagai berikut :
a.     Kesehatan
Anak yang sering sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan terhambat.
b.    Makanan
Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat, sebaliknya yang cukup gizi pertumbuhannya pesat.
c.     Stimulasi Lingkungan
Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak pernah mendapat latihan.

V.     Upaya Membantu Pertumbuhan Fisik dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Dalam batas-batas tertentu, percepatan pertumbuhan fisik dapat dibantu dengan berbagai usaha atau stimulasi secara sistematis, antara lain sebagai berikut: 1. Menjaga Kesehatan Badan
Kebiasaan hidup sehat, bersih dan olahraga secara teratur akan dapat membantu menjaga kesehatan pertumbuhan tubuh. Namun, apabila ternyata masih terkena penyakit, haruslah segera diupayakan agar lekas sembuh. Sebab kesehatan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik.
2. Memberi Makanan yang Baik
Makanan yang baik ialah makanan yang banyak mengandung gizi, segar dan sehat, serta tidak tercemar oleh kotoran atau penyakit. Baik buruknya makanan yang dimakan oleh anak akan menentukan pula kecepatan pertumbuhan fisik. Para remaja mengalami pertumbuhan fisik yang cepat. Oleh karena itu, memerlukan zat-zat pembangun yang terdapat dalam makanan sehingga menyebabkan para remaja pada umumnya nafsu makan. Jika makanan yang dimakan cukup mangandung gizi, kebutuhan zat pembangun bisa terpenuhi sehingga pertumbuhan menjadi lancar. Sebaliknya, jika kebutuhan zat pembangun tidak terpenuhi, pertumbuhan fisik akan menjadi terhambat dan kurang lancar.

            Implikasinya bagi pedidikan adalah perlunya memperhatikan faktor-faktor berikut ini :
1.    Sarana dan Prasarana
Faktor sarana dan prasarana  ini jangan sampai menimbulkan gangguan kesehatan pada anak. Misalnya, tempat duduk yang kurang sesuai serta ruangan yang gelap dan terlalu sempit akan menimbulkan gangguan kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan modern menghendaki agar tempat duduk anak dan meja dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, ruangan kelas yang bersih, terang dan cukup luas, serta kedisiplinan yang tidak kaku.
2.    Waktu Istirahat
Untuk menghilangkan rasa lelah dan mengumpulkan tenaga baru, istirahat sangat diperlukan. Terus-menerus bekerja tanpa ada waktu istirahat dapat menimbulkan kelelahan yang mendatangkan kerugian bagi kesehatan. Oleh karena itu, dalam belajarpun sangat penting memperhatikan pengaturan waktu istirahat bagi anak-anak karena dalam belajar dikenal adanya istilah yang disebut dengan biorama, yang berarti kemampuan anak berkonsentrasi akan sangat dipengaruhi oleh irama stamina biologis pada anak itu sendiri. Berkaitan dengan biorama ini, ada rumus pengaturan belajar yang dikenal dengan “lima kali dua lebih baik daripada dua kali lima” artinya, belajar sebanyak lima kali yang masing-masing berlangsung selama dau jam, hasilnya akan lebih baik

Perkembangan bahasa anak


PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


I.     Perkembangan Bahasa
Menurut Piaget dan Vygotsky (dalam Tarigan, 1988), tahap-tahap perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:
A.      Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama (0.0 -0.5)
Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa. Bunyi-bunyian seperti itu dapat ditemui dalam segala bahasa di dunia. Tahap meraban pertama ini dialami oleh anak berusia 0-5 bulan. Berikut adalah rincian tahapan perkembangan anak usia 0-6 bulan berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli yang dikutip oleh Clark(1977). Selain itu juga akan diungkap keterlibatan orang tua pada tahap ini:
1.    0-2 minggu: anak sudah dapat menghadapkan muka ke arah suara. Meraka sudah dapat membedakan suara manusia dengan suara lainnya, seperti bel, bunyi gemerutuk, dan peluit. Mereka akan berhenti menangis jika mendengar orang berbicara.
2.    1-2 bulan: mereka dapat membedakan suku kata , seperti (bu) dan (pa), mereka bisa merespon secara berbeda terhadap kualitas emosional suara manusia. Misalnya suara marah membuat dia menangis, sedangkan suara yang ramah membuat dia tersenyum dan mendekat (seperti suara merpati).
3.    3-4 bulan mereka sudah dapat membedakan suara laki-laki dan perempuan. 6 bulan: mereka mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan. Pada tahap ini mereka mulai meraban (mengoceh) dengan suara melodis.
Pada tahap meraban pertama ini, biasanya orang tua mulai memperkenalkan dan memperlihatkan segala sesuatu kepada bayinya, contoh,” Nani sayang, Nani cantik”.Maksudnya Si ibu mengenalkan nama si bayi, biasanya dilakukan berulangulang dengan berbagai cara. Misal, “Lihat! Ayah datang!”, Si Ibu mengarahkan wajah anak kepada ayahnya. Ia ingin mengenalkan konsep ayah kepada anaknya.

B.       Tahap Meraban Kedua
Pada tahap ini anak mulai aktif artinya tidak sepasif sewaktu ia berada pada tahap meraban pertama. Secara fisik ia sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti memegang dan mengangkat benda atau menunjuk. Berkomunikasi dengan mereka mulai mengasyikan karena mereka mulai aktif memulai komunikasi, kita lihat apa saja yang dapat mereka lakukan pada tahap ini.
1.    5-6 bulan. Dari segi komprehensi kemampuan bahasa anak semakin baik dan luas, anak semakin mengerti beberapa makna kata, misal: nama (diri sendiri atau panggilan ayah dan ibunya), larangan, perintah dan ajakan ( misal permainan “ciluk baa”). Hal ini menunjukkan bahwa bayi sudah dapat memahami ujaran orang dewasa. Di samping itu bayi mulai dapat melakukan gerakan-gerakan seperti mengangkat benda dan secara spontan memperlihatkannya kepada orang lain (Clark:1997).
2.    7-8 bulan. Jika tadi kita membicarakan tahap perkembangan bahasa anak umur sekitar 5-6 bulan yang memiliki keterampilan mengoceh dan kombinasi gerakan-gerakan mengangkat benda untuk menarik perhatian orang dewasa, pada masa itu bayi belum mengikuti aturan-aturan bahasa yang berlaku. Sekarang kita akan melihat kemajuan anak sebulan kemudian yaitu usia sekitar 7-8 bulan. Pada tahap ini orang tua sudah bisa mengenalkan hal hal baru bagi anaknya, artinya anak sudah bisa mengenal bunyi kata untuk obyek yang sering diajarkan dan dikenalkan oleh orang tuanya secara berulang-ulang. Orang dewasa biasanya mulai menggunakan gerakan-gerakan isyarat seperti menunjuk. Gerakan ini dilakukan untuk menarik perhatian anak, karena si Ibu ingin menunjukkan sesuatu dan menawarkan sesuatu yang baru dan menarik (Clark,1997).
3.    8 bulan s/d 1 tahun. Setelah anak melewati periode mengoceh, anak mulai mencoba mengucapkan segmen-segmen fonetik berupa berupa suku kata kemudian baru berupa kata. Misal:bunyi “ bu” kemudian “bubu” dan terakhir baru dapat mengucapkan kata “ibu”. Contoh lain: “pa”, “empah” baru kemudian anak dapat memanggil ayahnya “papa”atau “bapak”. Pada tahap ini anak sudah dapat berinisiatif memulai komunikasi. Ia selalu menarik perhatian orang dewasa, selain mengoceh ia pun pandai menggunakan bahasa isyarat. Misalnya dengan cara menunjuk atau meraih benda-benda. Gerakan- gerakan isyarat tersebut (Clark, 1977) mimiliki dua fungsi yaitu untuk mengkomunikasikan sesuatu dan meminta sesuatu atau minta penjelasan, contohnya ketika si anak meraih benda: tujuannya adalah, ia meminta sesuatu atau meminta penjelasan . si anak akan merasa puas jika orang dewasa melihat ke arah benda yang menarik perhatiannya. Pada tahap ini pun peran orang tua masih sangat besar dalam pemerolehan bahasa pertama anak. Orang tua harus lebih aktif merespon ocehan dan gerakan isyarat anak. Karena kalau orang tua tidak memahami apa yang dimaksud anak, anak akan kecewa dan untuk masa berikutnya anak akan pasif dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.

C.      Tahap Linguistik
Jika pada tahap pralinguistik pemerolehan bahasa anak belum menyerupai bahasa orang dewasa maka pada tahap ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa yang menyerupai ujaran orang dewasa. Para ahli psikolinguistik membagi tahap ini ke dalam lima tahapan, yaitu:
1.    Tahap I, tahap holofrastik (tahap linguistik pertama).
Sejalan dengan perkembangan biologisnya, perkembangan kebahasaan anak mulai meningkat. Pada usia 1-2 tahun masukan kebahasaan berupa pengetahuan anak tentang kehidupan di sekitarnya semakin banyak, misal: nama-nama keluarga, binatang, mainan, makanan, kendaraan, perabot rumah tangga, jenis-jenis pekerjaan dsb. Faktor-faktor masukan inilah yang memungkinkan anak memperoleh semantik (makna kata) dan kemudian secara bertahap dapat mengucapkannya. Tahap ini adalah tahap dimana anak sudah mulai mengucapkan satu kata. Menurut Tarigan (2000). Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase/holofrastik karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkannya itu. Contohnya: kata “asi “ (maksudnya nasi ) dapat berarti dia ingin makan nasi, dia sudah makan nasi,nasi ini tidak enak atau apakah ibu mau makan nasi? dsb.
2.     Tahap Linguistik II: Kalimat Dua Kata
Seperti telah dijelaskan di atas, anak-anak telah memahami terlebih dahulukalimat-kalimat sebelum dia dapat mengucapkan satu kata. Jadi pemahaman lebihdahulu daripada produksi bahasa. Tahap linguistik kedua ini biasanya mulaimenjelang hari ulang tahun kedua. Kanak-kanak memasuki tahap ini denganpertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat (Tarigan,2000). Misal:mama masak, adik minum, papa pigi (ayah pergi, baju kakak dsb.Ucapan-ucapan ini pun, mula-mula tidak jelas seperti”di “ maksudnya adik,kemudian anak berhenti sejenak, lalu melanjutkan “num”maksudnya minum. Maka berikutnya muncul kalimat, “adik minum”.
3.    Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa
Tahap ini dimulai sekitar usia anak 2,6 tahun, tetapi ada juga sebagian anak yang memasuki tahap ini ketika memasuki usia 2,0 tahun, bahkan ada juga anak yang lambat yaitu ketika anak berumur 3,0 tahun. Pada umumnya pada tahap ini, anak-anak telah mulai menggunakan elemen-elemen tata bahasa yang lebih rumit, seperti: polapola kalimat sederhana, kata-kata tugas (di,ke,dari, ini, itu dsb.), penjamakan, pengimbuhan, terutama awalan dan akhiran yang mudah dan bentuknya sederhana (Hartati, 2000). Menurut Marat (1983) ada beberapa keterampilan mencolok yang dikuasai anak pada tahap ini:
a.    Pada akhir periode ini secara garis besar anak telah menguasai bahasa ibunya, artinya kaidah-kaidah tata bahasa yang utama dari orang dewasa telah dikuasai.
b.    Perbendaharaan kata berkembang, beberapa pengertian abstrak seperti: pengertian waktu, ruang, dan jumlah yang diinginkan mulai muncul.
c.    Mereka mulai dapat membedakan kata kerja (contoh: minum, makan, masak, pergi, pulang, mandi), dan kata-kata benda (buku, baju, gelas, nasi, susu) dan sudah dapat mempergunakan kata depan, (di,ke,dari), kata ganti ( aku, saya) dan kata kerja bantu (tidak, bukan, mau,sudah dsb.).
d.   Fungsi bahasa untuk berkomunikasi betul-betul mulai berfungsi; anak sudah dapat mengadakan konversasi (percakapan) dengan cara yang dapat dimengerti oleh orang dewasa.
e.    Persepsi anak dan pengalamannya tentang duania luar mulai ingin dibaginya dengan orang lain, dengan cara memberikan kritik, bertanya, menyuruh, memberi tahu, dan lain-lain.
f.     Tumbuhnya kreativitas anak dalam pembentukan kata-kata baru. Gejala ini merupakan cara anak untuk mempelajari perkataan baru dengan cara bermain-main. Hal ini terjadi karena memang daya fantasi anak pada tahap ini sedang pesat berkembang.
4.    Tahap Linguistik IV: Tata Bahasa Menjelang Dewasa/Pradewasa
Tahap perkembangan bahasa anak yan cepat ini biasanya dialami oleh anak yang sudah berumur antara 4-5 tahun. Pada tahap ini anak-anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang agak lebih rumit. Misal, kalimat majemuk sederhana seperti di bawah ini:
- mau nonton sambil makan keripik
- aku di sini, kakak di sana
- ani lihat kakek dan nenek di jalan
- ayo nyanyi dan nari,
Dari contoh kalimat-kalimat di atas, tampak anak sudah “terampil” bercakap-cakap. Kemampuan menghasilkan kalimat-kalimatnya sudah beragam, ada kalimat pernyataan/kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat tanya. Kemunculan kalimat-kalimat rumit di atas menandakan adanya peningkatan kemampuan kebahasaan anak.
5.    Tahap Linguistik V: Kompetensi penuh
Sekitar usia 5-7 tahun, anak-anak mulai memasuki tahap yang disebut sebagai kompetensi penuh. Sejak usia 5 tahun pada umumnya anak-anak yang perkembangannya normal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya dan telah memiliki kompetensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara memadai. Walau demikian, perbendaharaan katanya masih terbatas tetapi terus berkembang/bertambah dengan kecepatan yang mengagumkan. Berikutnya anak memasuki usia sekolah dasar. Selama periode ini, anak-anak dihadapkan pada tugas utama mempelajari bahasa tulis. Hal ini dimungkinkan setelah anak-anak menguasai bahasa lisan. Perkembangan bahasa anak pada periode usia sekolah dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Kemampuan mereka menggunakan bahasa berkembang dengan adanya pemerolehan bahasa tulis atauwritten language acquisition. Bahasa yang diperoleh dalam hal ini adalah bahasa yang ditulis oleh penutur bahasa tersebut, dalam hal ini guru atau penulis.
II.     Perkembangan Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Semantik, dan Pragmatik.
Seiring dengan perkembangan bahasa sebagaimana yang telah diuraikan, berkembang pula penguasaan anak-anak atas sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa itu terdiri atas subsistem, yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
1) Perkembangan Fonologis
Sebelum masuk SD, anak telah menguasai sejumlah fonem/bunyi bahasa, tetapi masih ada beberapa fonem yang masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut Woolfolk (2000) sekitar 10% anak umur 8 tahun masih mempunyai masalah dengan bunyi s, z, v. Hasil penelitian Budiasih dan Zuhdi (2007) menunjukkan bahwa anak kelas dua dan tiga melakukan kesalahan pengucapan f, sy, dan ks diucapkan p, s, k. Terkait dengan itu, Tompkins (2005) juga menyatakan bahwa ada sejumlah bunyi bahasa yang belum diperoleh anak sampai menginjak usia kelas awal SD, khususnya bunyi tengah dan akhir, misalnya v, zh, sh,ch. Bahkan pada umur 7 atau 8 tahun anak masih membuat bunyi pengganti pada bunyi konsonan kluster. Kaitannya dengan anak SD di Indonesia diduga pun mengalami kesulitan dalam pengucapan r, z, v, f, kh, sh, sy, x,dan bunyi kluster misalnya str, pr,pada kata struktur dan pragmatik. Di samping itu, anak SD bahkan orang dewasa kadangkala ada yang kesulitan mengucapkan bunyi kluster pada kata: kompleks, administrasi diucapkan komplek dan adminitrasi. Agar hal itu tidak terjadi, sejak di SD anak perlu dilatih mengucapkan kata-kata tersebut.
2) Perkembangan Morfologis
Afiksasi bahasa Indonesia merupakan salah aspek morfologi yang kompleks. Hal ini terjadi karena satu kata dapat berubah makna akibat dari proses afiksasinya (prefiks, sufiks, simulfiks) berubah-ubah. Misalnya kata satu dapat berubah menjadi: bersatu, menyatu, kesatu, satuan, satukan, disatukan, persatuan, kesatuan, kebersatuan, mempersatukan, dst. Zuhdi dan Budiasih (2007) menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang bentuk dan makna morfem. Akhirnya anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada periode prasekolah dan terus berlangsung sampai pada masa adolesen. Berdasarkan kerumitan afiksasi tersebut, perkembangan morfologis atau kemampuan menggunakan morfem/afiks anak SD dapat diduga sebagai berikut.:
a) Anak kelas awal SD telah dapat mengunakan kata berprefiks dan bersufiks sepertimelempar dan makanan.
b) Anak kelas menengah SD telah dapat mengunakan kata berimbuhan simulfiks/konfiks sederhana seperti menjauhi, disatukan.
c) Anak kelas atas SD telah dapat menggunakan kata berimbuhan konfiks yang sudah kompleks misalnya diperdengarkan dan memberlakukan dalam bahasa lisan atau tulisan.
3) Perkembangan Sintaksis
Brown dan Harlon (dalam Nurhadi dan Roekhan, 2000) berkesimpulan bahwa kalimat awal anak adalah kalimat sederhana, aktif, afirmatif, dan berorientasi berita. Setelah itu, anak baru menguasai kalimat tanya, dan ingkar. Berikutnya kalimat anak mulai diwarnai dengan kalimat elips, baik pada kalimat berita, tanya, maupun ingkar. Menurut hasil pengamatan Brown dan Bellugi terhadap percakapan anak, memberi kesimpulan bahwa ada tiga macam cara yang biasa ditempuh dalam mengembangkan kalimat, yai tu: pengembangan, pengurangan, dan peniruan. Kedua peneliti ini sepakat bahwa peniruan merupakan cara pertama yang ditempuh anak, meskipun peniruan yang dilakukan terbatas pada prinsip kalimat yang paling pokok yaitu urutan kata. Cara yang kedua yang ditempuh anak untuk mengembangkan kalimat mereka adalah pengulangan dan pengembangan. Anak mengulang bagian kalimat yang memperoleh tekanan, yaitu bagian kalimat kontentif, atau bagian kalimat yang berisi pesan pokok, sedangkan bagian lain dihilangkan secara sistematis. Oleh karena itu, bahasa anak disebut dengan istilah tuturan telegrafis, karena mengandung pengurangan bagian kalimat secara sistematis. Dilihat dari segi frase, menurut Budiasih dan Zuchdi (2007) bahwa frase verba lebih sulit dikuasai oleh anak SD dibanding dengan frase nomina dan frase lainnya. Kesulitan ini mungkin berkaitan dengan perbedaan bentuk kata kerja yang menyatakan arti berbeda. Misalnya ditulis, menuliskan, ditulisi, dan seterusnya.
Dari segi pola kalimat lengkap, anak kelas awal cenderung menggunakan struktur sederhana bila berbicara. Mereka sudah mampu memahami bentuk yang lengkap namun belum dapat memahamai bentuk kompleks seperti kalimat pasif (Wood dalam Crown, 2002).Menurut Emingran siswa kelas atas SD menggunakan struktur yang lebih kompleks dalam menulis daripada dalam berbicara (Tompkins, 2009). Pada umumnya anak SD mengenal bentuk pasif daripada preposisi “oleh” misalnya “Buku itu dibeli oleh Ali.” Dengan demikian, kalimat pasif yang tidak disertai kata oleh, mereka menganggapnya bukan kalimat pasif, misalnya “Saya melempar mangga(kalimat aktif) menjadi “Mangga saya lempar (kalimat pasif) bukan “Mangga dilempar oleh saya.” (Salah). Anak biasanya menggunakan kalimat pasif yang subjeknya dari kata ganti/tak dapat dibalik dan kalimat pasif yang subjeknya bukan kata ganti/dapat dibalik secara seimbang. Namun, anak sering mengalami kesulitan dalam membuat kalimat dan menafsirkan makna kalimat pasif yang dapat dibalik (subjeknya bukan kata ganti). Menjelang umur 8 tahun mereka mulai lebih banyak menggunakan kalimat pasif yang tidak dapat dibalik (subjeknya kata ganti). Pada umur 9 tahun, anak mulai banyak menggunakan bentuk pasif yang subjeknya dari kata ganti. Pada umur 11-13 tahun mereka banyak menggunakan kalimat yang subjeknya dari kata ganti. Penggunaan kata penghubung juga meningkat pada usia SD. Anak di bawah umur 11 tahun sering menggunakan kata “dan” pada awal kalimat. Pada umur 11- 14 tahun, penggunaan “dan” pada awal kalimat mulai jarang muncul. Anak sering mengalami kesulitan penggunaan kata penghubung “karena”: dalam kalimat, sepertiSaya menghadiri pertemuan itu karena diundang Anak SD bingung membedakan kata hubung karena, dan, lalu dilihat dari segi urutan waktu kejadiannya. Susunan yang benar yakni, diundang dahulu baru pergi ke pertemuan. Oleh karena itu kadangkala ada anak TK yang mengucapkan “Saya sakit karena saya tidak masuk sekolah” padahal maksudnya “Saya tidak masuk sekolah karena sakit.”. Pemahaman kata penghubung “karena“ barumulai berkembang pada umur 7 tahun. Pemahaman yang benar dan konsisten baru terjadi pada umur sekitar 10-11 tahun (Budiasih dan Zuchdi, 2007).
4) Perkembangan Semantik
Selama periode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahan makna kata. Secara horisontal, anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan nuansa makna yang agak berbeda secara tepat. Penambahan vertikal berupa penambahan jumlah kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens dalam Budiasih dan Zuchdi, 2007). Menurut Lindfors, perkembangan semantik berlangsung dengan sangat pesat di SD. Kosa kata anak bertambah sekitar 3000 kata per tahun (Tompkins,2009). Merujuk apa yang tercantum dalam Kurikulum yang berlaku saat ini, perbendaharaan kata siswa SD diharapkan lebih kurang 6000 kata. Pendapat yang relatif mendekati harapan Kurikulum adalah hasil temuan penelitian Slegers bahwa rata-rata anak masuk kelas awal dengan pengetahuan makna sekitar 2500 kata dan meningkat rata-rata 1000 kata per tahun di kelas awal dan menengah SD dan 2000 kata di kelas atas, sehingga perbendaharaan kosa kata siswa berjumlah 8500 di kelas VI (Harris dan Sipay, 2000). Kemampuan anak kelas rendah SD dalam mendefinisikan kata meningkat dengan dua cara.Pertama, secara konseptual, yakni dari definisi berdasar pengalaman individu ke makna yang bersifat sosial atau makna yang dibentuk bersama. Kedua, anak bergerak secara sintaksis dari definisi kata-kata lepas ke kalimat yang menyatakan hubungan kompleks (Owens, 2002) Pengetahuan kosakata mempunyai hubungan dengan kemampuan kebahasan secara umum. Anak yang menguasai banyak kosa lebih mudah memahami wacana dengan baik. Selama priode usia SD, anak menjadi semakin baik dalam menemukan makna kata berdasarkan konteksnya. Anak usia 5 tahun mendefinisikan kata secara sempit sedang anak berumur 11 tahun membentuk definisi dengan menggabungkan makna-makna yang telah diketahuinya. Dengan demikian, definisinya menjadi lebih luas, misalnya kucing ialah binatang yang biasa dipelihara di rumah-rumah penduduk. Menurut Budiasih dan Zuchdi (2007), anak usia SD sudah mampu mengembangkan bahasa figuratif yang memungkinkan penggunaan bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif menggunakan kata secara imajinatif, tidak secara literal atau makna sebenarnya untuk menciptakan kesan emosional. Yang termasuk bahasa figuratif adalah (a) ungkapan misalnya kepala dingin, (b) metafora, misalnya “Suaranya membelah bumi”., (c) kiasan, misalnya “Wajahnya seperti bulan purnama.”, (d) pribahasa, misalnya “Menepuk air di dulang, terpecik muka sendiri.”
5) Perkembangan Pragmatik
Perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal paling penting disbanding perkembangan aspek bahasa lainnya pada usia SD. Hal ini pada usia prasekolah anak belum dilatih menggunakan bahasa secara akurat, sistematis, dan menarik. Berbicara tentang pragmatik ada 7 faktor penentu yang perlu dipahami anak (1) kepada siapa berbicara (2) untuk tujuan apa, (3) dalam konteks apa, (4) dalam situasi apa, (5) dengan jalur apa, (6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa (Tarigan, 1990). Ke-7 faktor penentu komunikasi tersebut berkaitan erat dengan fungsi (penggunaan) bahasa yang dikemukakan oleh M.A.K Halliday: instrumental, regulator, interaksional, personal, imajinatif, heuristik, dan informatif. Pinnel (2005) dalam penelitiannya tentang penggunaan fungsi bahasa di SD kelas awal menemukan bahwa umumnya anak menggunakan fungsi interaksional (untuk bekomunikasi) dan jarang menggunakan fungsi heuristic (mengunakan bahasa untuk mencari ilmu pengetahuan saat belajar dan berbicara dalam kelompok kecil). Dilihat dari segi perkembangan kemampuan bercerita, anak umur 6 tahun sudah dapat bercerita secara sederhana tentang sesuatu yang mereka lihat. Kemampuan ini selanjutnya berkembang secara teratur dan sedikitdemi sedikit. Mereka belajar menghubungkan kejadian, tetapi bukan yang mengandung hubungan sebab akibat. Kata penghubung yang digunakan: dan, kemudian. Pada usia 7 tahun anak mulai dapat membuat cerita yang agak padu. Mereka sudah mulai mengemukakan masalah, rencana mengatasi masalah dan penyelesaian masalah tersebut meskipun belum jelas siapa yang melakukannya. Pada umur 8 tahun anak menggunakan penanda awal dan akhir cerita, misalnya “Akhirnya mereka hidup rukun”. Kemampuan membuat alur cerita yang agak jelas baru mulai diperoleh anak pada usia lebih dari delapan tahun. Pada umur tersebut barulah mereka dapat mengemukakan pelaku yang mengatasi masalah dalam cerita. Anak-anak mulai dapat menarik perhatian pendengar atau pembaca cerita yang mereka buat. Struktur cerita mereka semakin menjadi jelas.

III.     Teori Perkembangan Bahasa Anak
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak tentunya tidak terlepas dari pandangan, atau teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini ada tiga teori tentang perkembangan bahasa pada anak, yaitu:
1.    Pandangan Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, anak-anak (manusia) sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan. Pandangan ini tidak menganggap lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa, melainkan menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis, sejalan dengan yang disebut “hipotesis pemberian alam.” Pendapat teori ini, bahasa terlalu kompleks untuk dapat dikuasai dalam waktu yang singkat, sehingga pasti ada beberapa aspek yang sudah ada pada manusia secara alamiah. Chomsky bahkan berendapat bahwa bahasa tak hanya kompleks, tapi penuh kesalahan atau penyimpangan. Bahasa hanya dapat dikuasai manusia, dan tidak dapat dikuasai oleh binatang. Masih menurut Chomsky, anak dilahirkan dengan bekal Language Acquisition Device (LAD).
2.    Pandangan Behaviorisme
Kelompok ini menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh ransangan yang diberikan melalui lingkungan. Bahasa dipahami oleh kelompok ini sebagai perilaku verbal, agar tampak lebih mirip dengan perilaku lain yang harus dipelajari. Menurut pandangan ini, tidak ada peran aktif si anak dalam pemerolehan bahasa. Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya. Ransangan / stimulus lah yang akan memperkuat kemampuan berbahasa anak.
3.    Pandangan Kognitivisme
Jean Piaget menyatakan bahwa urut-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa. Menurutnya perkembangan bahasa pada anak dapat dilihat dari perkembangan intelektualnya. Tahap perkembangan dari lahir hingga usia 18 bulan disebut Pieget sebagai tahap “sensosi motor”. Pada tahap ini belum ada bahasa, karena anak belum menggunakan lambang-lambang untuk menunjuk pada benda-benda di sekitarnya. Anak hanya memahami melalui indranya (sensory), dan gerak kegiatan yang dilakukannya (motor).

IV.     Gangguan Perkembangan Bahasa pada Anak
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab terhambatnya tumbuh-kembang anak yang sering ditemui. Adapun gangguan yang sering dikeluhkan orangtua yaitu keterlambatan bicara. Gangguan ini tampaknya semakin hari dilaporkan meningkat.  Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5-10 persen pada anak sekolah. Anak dikatakan mengalami keterlambatan bicara dan harus berkonsultasi dengan ahli, bila sampai usia 12 bulan sama sekali belum mengeluarkan ocehan atau babbling, sampai usia 18 bulan belum keluar kata pertama yang cukup jelas, padahal sudah dirangsang dengan berbagai cara, terlihat kesulitan mengatakan beberapa kata konsonan, seperti tidak memahami kata-kata yang kita ucapkan, serta terlihat berusaha sangat keras untuk mengatakan sesuatu, misalnya sampai ngiler atau raut muka berubah.  Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak. Ada yang ringan sampai yang berat, mulai yang bisa membaik hingga yang sulit dikoreksi. Yang pasti, semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut. Ada beberapa gangguan yang perlu diperhatikan orangtua:
1.    Disfasia. Gangguan perkembangan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan kemampuan anak seharusnya. Ditengarai gangguan ini muncul karena adanya ketidaknormalan pada pusat bicara yang ada di otak. Anak dengan gangguan ini pada usia setahun belum bisa mengucapkan kata spontan yang bermakna, misalnya mama atau papa. Kemampuan bicara reseptif (menangkap pembicaraan orang lain) sudah baik tapi kemampuan bicara ekspresif (menyampaikan suatu maksud) mengalami keterlambatan. Karena organ bicara sama dengan organ makan, maka biasanya anak ini mempunyai masalah dengan makan atau menyedot susu dari botol.
2.    Gangguan disintegratif pada kanak-kanak (Childhood Diintegrative Disorder/CDD) Pada usia 1-2 tahun, anak tumbuh dan berkembang dengan normal, kemudian kehilangan kemampuan yang telah dikuasainya dengan baik. Anak berkembang normal pada usia 2 tahun pertama seperti kemampuan komunikasi, sosial, bermain dan perilaku. Namun kemampuan itu terganggu sebelum usia 10 tahun, yang terganggu di antaranya adalah kemampuan bahasa, sosial, dan motorik.
3.    Sindrom Asperger. Gejala khas yang timbul adalah gangguan interaksi sosial ditambah gejala keterbatasan dan pengulangan perilaku, ketertarikan, dan aktivitas. Anak dengan gangguan ini mempunyai gangguan kualitatif dalam interaksi sosial. Ditandai dengan gangguan penggunaan beberapa komunikasi nonverval (mata, pandangan, ekspresi wajah, sikap badan), tidak bisa bermain dengan anak sebaya, kurang menguasai hubungan sosial dan emosional.
4.    Gangguan multisystem development disorder (MSDD). MSDD digambarkan dengan ciri-ciri mengalami problem komunikasi, sosial, dan proses sensoris (proses penerimaan rangsang indrawi). Ciri-cirinya yang jelas adalah reaksi abnormal, bisa kurang sensitif atau hipersensitif terhadap suara, aroma, tekstur, gerakan, suhu, dan sensasi indra lainnya. Sulit berpartisipasi dalam kegiatan dengan baik, tetapi bukan karena tertarik, minat berkomunikasi dan interaksi tetap normal tetapi tidak bereaksi secara optimal dalam interaksinya.
 

BLOG PENDIDIKAN Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates